|
Pelatih dan Atlet League of Legends (LoL) di Asian Games 2018, fokus dengan keunggulan karakter spesialisasi setiap atlet (berita,bola/Gilagame12) |
Gilagame12.blogspot.com - Untuk kalangan awam, nomor Pro Evolution Soccer (PES) adalah video game alias e-sports yang paling dikenal di Indonesia pada Asian Games 2018 nanti lantaran negara ini adalah salah satu negara sepak bola terbesar di dunia. Namun, di kalangan gamer dan komunitas penggemar permainan elektronik justru nomor multiplayer online battle area (moba) seperti Arena of Valor (AOV) dan League of Legends (LOL) yang paling dinanti pada Asian Games 2018. Kenapa?
Selain karena mode game-play lima lawan lima dalam nomor e-sports AOV dan LOL lebih banyak mengaduk-aduk emosi para penggemar, kompleksitas peran dan beragam faktor di ekosistem permainan ini membuat keduanya lebih memiliki gereget.
Tidak mengherankan kalau ada pendapat bahwa mengikuti sebuah laga LOL layaknya menonton boy band tampil ketimbang menyaksikan laga PES yang seperti melihat penyanyi solo.
Nah, berangkat dari pemahaman konsep ini jugalah Asosiasi E-Sports Indonesia (IeSPA) cenderung membentuk timnas LOL dengan cara yang unik lewat sebuah penunjukkan empat kandidat pelatih timnas terlebih dulu untuk kemudian disusul penyusunan lima pemain inti dan satu pemain cadangan dari sebuah polling di akhir seleksi.
Para pendaftar proses seleksi pada akhir Mei lalu semula akan dipilih berdasarkan tim pemenang, namun kemudian jumlah peserta ditambah dengan atlet-atlet LOL pilihan empat kandidat pelatih tersebut untuk kemudian dikompetisikan bersama-sama hingga mencapai fase voting challenge.
Para individu yang lolos ke fase voting challenge sebagai bagian dari beberapa tim akhirnya menentukan Bayu Putera Sentosa terpilih sebagai pelatih timnas LOL Indonesia. Sosok berjulukan Cruzher itu memiliki reputasi mentereng dengan menjuarai kompetisi LOL nasional di empat season sebelumnya dengan tiga tim berbeda.
Bayu jugalah yang akhirnya memilih enam anggota timnas LOL Indonesia dari daftar elite atlet LOL di fase akhir seleksi pada Juni 2018.
Dasar pemilihan Bayu adalah berdasarkan pemain terbaik di tiap role yang dipegang masing-masing atlet yang ada dalam daftar elite peserta seleksi. Untuk role "top" dipilih Malik Abdul Aziz (berjulukan Fakefriend), peran "jungle" diisi Felix Chandra (Fong), peran "mid" diisi Ruly Sutanto (WhynutsAD), peran "carry" oleh Peter Tjahjadi (Airliur), dan peran "support" diisi Gerry Arisena (Potato).
Sedangkan posisi pemain cadangan diisi figur serbabisa yang sudah beken di kalangan atlet e-sports, Ericko Lim (Soapking). Julukan "Raja Sabun" yang disematkan pada Ericko konon karena karakter permainannya yang licin saat memegang karakter-karakter LOL dengan spesifikasi yang serbabisa di beberapa peran berbeda.
Membaca Taktik Lawan dari Pemilihan Starter
Menurut ketua IeSPA, Eddy Lim, figur Bayu adalah sosok yang tepat untuk memaksimalkan potensi anggota timnas LOL sesuai spesialisasi role andalan masing-masing atlet terpilih.
"Bayu sebagai pro gamer yang punya jam terbang tinggi di League of Legends punya pengalaman menjalani role yang berbeda-beda dalam beberapa tim. Nalurinya dalam memilih anggota tim tidak akan lepas dari jam terbangnya itu, dan dalam persiapan seharusnya mereka fokus dalam spesialisasi masing-masing dan menyerahkan fungsi yang lebih serbaguna kepada pemain cadangan," kata Eddy.
Sebagai gambaran, role "top" itu adalah posisi pemain pengguna karakter di barisan depan dalam peta permainan LOL, sedangkan "mid" adalah figur yang bermain di posisi tengah peta untuk mengawasi terjadinya penyusup dari pihak lawan. Role "support" adalah untuk berada di antara kedua posisi terdahulu dengan tugas utama membantu serangan dan balik bertahan ketika jumlah pemain timnya tengah defisit karena mengalami beberapa kill beruntun.
Peran kunci sebuah tim LOL ada di role "carry" dan "jungle", dengan "carry" sebagai penentu karakter tim sedari awal apakah akan bermain bertahan dan melakukan serangan balik atau justru lebih ekspansif memasuki wilayah lawan untuk menghancurkan aset-aset lawan sebagai inisiatif pertama; sedangkan pada sisi lain "jungler" menjadi pelindung "carry" dalam menerobos peta lawan atau bertahan dengan memanfaatkan kemampuan unik dan pilihan senjata atau perisai dari daftar yang tersedia.
Konsensus role di atas pada praktiknya bisa berubah total bila seorang "carry" yang biasanya menjadi leader dalam tim memutuskan melakukan gerilya dengan melakukan serangan berkelompok dengan format empat penyerang dan satu atlet ditempatkan di sayap yang berlawanan. Pola agresif ini biasanya dipraktikkan tim asal Korea Selatan dan Vietnam.
Pilihan karakter bermain seharusnya sudah terbaca dari lima karakter yang dipilih setiap tim sebagai starting line-up, nah di sini peran Bayu sebagai pelatih untuk meraba taktik lawan dan melakukan antisipasi dengan memilih karakter yang ditetapkan di awal dari total 117 karakter yang bisa dipilih dalam LOL.
Dominasi Asia Timur dan Asia Tenggara
Pemantauan mengenai pola-pola umum strategi lawan dapat dipantau dari video yang beredar di YouTube atau melalui rekaman live streaming penampilan tujuh kandidat lawan Indonesia di Asian Games 2017 pada beberapa situs e-sports: Korea Selatan, Cina Taipei, Tiongkok, Kazakhstan, Pakistan, Vietnam, dan Arab Saudi.
Sejauh ini memang Korea Selatan, Tiongkok dan Vietnam yang memperlihatkan dominasi dalam laga-laga kualifikasi di Asia Timur dan Asia Tenggara sedangkan di wilayah Asia Tengah, Asia Barat dan Asia Selatan peta persaingan yang longgar membuat beberapa tim lolos tanpa kendala berarti.
Seperti halnya Indonesia, IeSPA menilai Korea Selatan, Tiongkok dan Vietnam juga sangat fokus dalam memaksimalkan role setiap atletnya dan jarang mereka mencoba melakukan improvisasi yang berisiko tinggi. Hal ini terlihat dari frekuensi pemakaian lima karakter favorit yang konsisten ketiga negara itu dalam babak kualifikasi: Ornn, Ezreal, XinZhao, Karma dan Lulu.
Untuk para penggila e-sports, persaingan ketat di nomor LOL ini jelas akan menjadi tontonan menarik dan semoga Bayu cs. berhasil membangun sebuah strategi makro dan mikro yang pas di Asian Games 2018 nanti. Kuncinya fokus pada spesialisasi role setiap atlet terbaik Indonesia, dan semoga LOL menyumbang medali bagi Merah Putih.